Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

💬 Bagikan Ceritamu di Sini

Setiap orang punya cerita. Tentang luka yang belum sembuh, tentang kehilangan yang diam-diam menetap, atau tentang bagaimana kita belajar hidup berdampingan dengan rasa sakit. Halaman ini aku buat untukmu—yang ingin berbagi, didengar, dan mungkin merasa sedikit lebih ringan setelah menulis. Kamu boleh bercerita secara anonim. Tidak ada jawaban yang salah. Tidak ada penilaian. Tidak perlu rapi. Yang penting jujur. 💌 Karena kadang, cerita kita bisa menjadi pelipur untuk orang lain. Memuat…

Aku, Prinsip, dan Kota yang Tidak Pernah Sepenuhnya Mengerti

Gambar
Malam ini, aku pulang dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Pulang setelah makan malam bersama seseorang yang baru aku kenal. Bukan apa-apa. Aku hanya ingin berteman. Aku sedang merantau. Dan kadang, kesepian bisa terasa terlalu senyap untuk didiamkan. Siapa sangka... niat tulus dan cerita jujur justru jadi bahan penghakiman. Aku cerita bahwa dulu, saat masih SMP, aku pernah mencoba hal-hal yang seharusnya tidak aku lakukan. Sekali, dan tidak pernah aku ulangi. Karena aku sadar, itu bukan jalan yang aku ingin tempuh. Aku cerita tentang ayahku yang juga pernah menjalani gaya hidup seperti itu. Tapi tak pernah sekalipun membiarkan aku mengikuti jejaknya. Justru dari beliaulah aku belajar tentang tanggung jawab, kejujuran, dan kerja keras — meskipun beliau jauh dari gambaran "sempurna" yang sering dibentuk orang. Aku bilang aku punya prinsip — bahwa aku tidak akan melakukan hubungan fisik sebelum menikah. Bukan karena aku dibesarkan dalam keluarga agamis, tapi karena ak...

Aku sedang belajar menerima bahwa tidak semua luka harus hilang untuk bisa hidup dengan tenang

Gambar
Ini bukan tentang kembali ke masa lalu, Tapi tentang menerima bahwa ada bagian dari diriku yang masih kecil, yang masih butuh dipeluk, dan itu gak apa-apa.

Surat untuk Diriku yang Kecil

Gambar
Hai kamu, Versi kecil dari aku. Yang dulu sering takut bicara keras-keras. Yang sering merasa salah, padahal cuma ingin dimengerti. Maaf ya… Aku sering memaksamu untuk jadi kuat terlalu cepat. Sering menyuruhmu diam, supaya gak dikira terlalu sensitif. Sering membungkam tangismu, padahal yang kamu butuh hanya pelukan dan kalimat, “Gak apa-apa kalau kamu sedih.” Aku tahu kamu capek. Aku tahu kamu cuma ingin jadi anak kecil yang bisa marah tanpa dimarahi, yang bisa nangis tanpa ditinggal. Kita pernah tumbuh di tempat yang tidak selalu hangat. Kadang penuh tuntutan. Kadang penuh diam. Tapi kamu hebat karena tetap bertahan… meski tidak banyak yang tahu rasanya jadi kamu. Hari ini, aku ingin bilang: Kamu boleh istirahat. Kamu tidak harus jadi kuat setiap saat. Aku sudah besar sekarang dan aku akan jaga kamu sebaik mungkin. Kamu gak sendirian lagi. 🌱 Ini bukan tentang kembali ke masa lalu, Tapi tentang menerima bahwa ada bagian dari diriku… Yang masih kecil, yang masih butuh d...

Aku Tidak Kuat, Tapi Aku Masih Bertahan

Gambar
Ada hari-hari di mana aku ingin pergi jauh. Bukan karena ingin melarikan diri tapi karena lelah selalu berperan baik di panggung kehidupan orang lain.  Di rumah, aku harus jadi anak yang kuat. Yang nggak banyak ngeluh, yang dianggap cukup “beruntung” hanya karena punya tempat tinggal dan sekolah. Padahal di dalam hati… aku cuma ingin ditanya, “Kamu capek nggak?” Di luar, aku harus jadi teman yang menyenangkan. Yang bisa bercanda, yang nggak terlalu serius, yang nggak bawa-bawa perasaan. Padahal aku hanya ingin didengar tanpa dihakimi. Dan paling berat, saat aku sendiri. Aku harus menghadapi anak kecil dalam diriku yang terluka. Yang cuma ingin dipeluk. Yang bilang, “Kenapa nggak ada yang benar-benar ngerti kita?” Pernah nggak sih… kamu ngerasa capek jadi kuat? Capek ngalah, capek nahan diri, capek mikir ini semua salah kamu? Aku pernah. Dan aku masih sering ngerasa begitu. Tapi sekarang aku belajar pelan-pelan: Kalau aku nggak bisa berharap pada semua orang, aku tetap bisa jad...

Tidak Semua Cerita Harus Dibagikan

Gambar
  Aku pernah berpikir bahwa setiap cerita yang ada di kepala, harus disampaikan. Agar terasa lega. Agar tidak merasa sendirian. Aku pernah jadi orang yang terlalu mudah percaya, terlalu terbuka. Tapi ternyata, tidak semua orang yang mendengarkan itu benar-benar peduli. Ada yang hanya ingin tahu, bukan ingin memahami. Dan dari sana aku belajar: Ternyata, menjaga cerita juga salah satu bentuk menjaga diri. Sekarang, aku lebih memilih diam. Kalau kamu tahu isi kepalaku, berarti aku benar-benar mempercayaimu. Kalau tidak, mungkin kamu belum layak untuk tahu. Karena ternyata… Tidak semua cerita pantas didengar, dan tidak semua luka layak dijamah oleh sembarang orang. Diam bukan berarti tidak punya suara. Aku hanya sudah cukup sering disalahpahami. Dan hari ini, aku memilih untuk tidak mengulang hal yang sama. 🌑 Ini bukan tentang menjadi tertutup, tapi tentang menyelamatkan diri sendiri dari kekecewaan yang berulang. Dan itu bukan kelemahan. Itu bentuk cinta yang baru ke diri...

Pernah Membuka Hati, Sekarang Lebih Hati-Hati

Gambar
  Aku pernah menjadi seseorang yang mudah bercerita. Mudah merasa cocok hanya karena percakapan yang menyenangkan.  Seolah, menemukan seseorang yang "mengerti" sudah cukup untuk membuka pintu.  Tapi ternyata, tidak semua yang terlihat mengerti… benar-benar berniat tinggal.  Pernah ada yang berkata, “Ngomong kamu tuh random banget. Gak penting.” Aku terdiam. Tapi di dalam, rasanya pecah.  Ternyata, yang kuberikan ruang justru membuatku sesak.  Sejak saat itu, aku mulai memilih untuk diam.  Bukan karena kehilangan cerita, tapi karena tidak semua orang layak mendengarkan isi kepalaku. Aku masih ingin disayangi. Masih ingin dimengerti. Masih ingin dimanja dalam cara-cara sederhana. Tapi aku tidak ingin lagi berpura-pura, tidak ingin lagi “mengkode” hanya agar dipedulikan. Aku bukan perempuan yang sepenuhnya kuat. Tapi aku juga bukan seseorang yang bisa dibeli dengan perhatian tipis. Aku berada di tengah-tengah dan itu bukan sesuatu yang salah. Aku ...